Paradigma desain Indonesia
DESIGN is the area of human experience, skill and knowledge that reflects man's concern with the appreciation and adaptation of his surroundings in the light of his material and spiritual needs. In partigular, it realtes with configuration, composition, meaning, value and purpose in man-made phenomena.
Dalam batasan ini, kita dapat menerapkan konsepsi paradigma Kuhn. Sebab, di sini, istilah desain itu memiliki analogi dengan ilmu, sehingga untuk langkah berikutnya, kita dapat berbicara tentang paradigma desain Indonesia.
Dalam membahas masalah paradigma desain Indonesia, pertanyaan pertama yang perlu segera dijawab adalah, apakah citra dasar atau gambaran dasar dari desain? Kemudian pertanyaan kedua, apakah satuan konsensus yang paling umum dalam desain Indonesia? Pertanyaan pertama dapat dijawab dengan merujuk pads batasan desain sebagaimana telah dirumuskan oleh professor Bruce Archer, bahwa desain adalah bidang ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman manusia yang mencerminkan keterikatannya dengan apresiasi dan adaptasi lingkungannya ditinjau dari kebutuhan-kebutuhan kerohanian dan kebendaannya. Secara khusus, desain dikaitkan dengan konfigurasi, komposisi, arti, nilai dan tujuan dari fenomena buatan manusia.
Demikianlah, dalam pengertian yang lebih luas, ruang lingkup desain itu meliputi fenomena bends buatan manusia. Dalam pengertian ini, iesain mencakup pembuatan peralatan sehari-hari dari yang paling kecil :Iperti sendok-garpu, hingga pads corak dan model tekstil serta pakaian, serumahan hingga tats-kota beserta alat-alat transport beserta jaringanya Oleh karena itu, desain mencakup bidang yang luas: desain produk, Kstil, interior, grafis, arsitektur, desain rekayasa, serta desain kota. Ek-tapapun luasnya, kesemua bidang itu dapat dikembalikan pada citra desain, yaitu, bahwa kesemuanya itu dibuat dalam rangka pemenuhkbutuhan spiritual dan material manusia.
Ditinjau dalam kerangka ini, maka desain itb meliputi hampir seluruh kebudayaan material manusia, baik dari mass lampau, mass kini,mapun mass yang akan datang. Jika demikian halnya, pertanyaan tentang satuan konsensus yang paling umum dalam desain Indonesia adalah sama sus mempertanyakan satuan konsensus yang paling umum dalam kebudayaan Indonesia dewasa ini.
Di sini, unsur 'kekinian' itu perlu diberi penekanan, karena konsep ya:adigma mempunyai kaftan langsung dengan kenyataan obyektif suatu massa atau suatu periode. Dalam uraian kuhn, terjadinya Revolusi Ilmu atau lahirnya paradigma baru, selalu didahului dengan anomali serta penemuan akan realitas yang lebih sesuai dengan zamannya. Jika memang demikian, maka realitas kehidupan rakyat Indonesia pads mass kini yang telah dilaksanakan dan tetap dilaksanakan dalam beberapa waktu yang akan datang adalah apa yang disebut dengan istilah 'pembangunan'. sebagai suatu kenyataan yang setelah, sedang, dan akan berlangsung, kiranya ia memenuhi syarat sebagai suatu satuan konsensus yang paling umum dalam kebudayaan Indonesia. Masalahnya adalah: bentuk pembangunan yang bagaimana yang benar-benar dibutuhkan; atau bentuk kebudayaan yang bagaimana yang akan kita wujudkan; serta cara hidup yang bagaimana yang akan kita jalankan. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini jugs merupakan jawaban atas pertanyaan tentang paradigma desain Indonesia pads mass kini.
Masalah pembangunan adalah masalah yang rumit, ia tidak hanya berkaitan dengan sektor ekonomi, meskipun pads kenyataannya, sektor itulah yang hingga kini paling diberi penekanan. Masalah pembangunan mempunyai hubungan langsung dengan keseluruhan bidang kehidupan. Oleh karena itu, orientasi pembangunan hendaknya selalu ditujukan pads manusianya, bukan hanya pads salah satu sisi dari kehidupannya.
Memang, hingga kini, realitas kehidupan yang paling menonjol pads manusia Indonesia (yang kini diperkirakan berjumlah 160.472.000 jiwa) adalah kemiskinannya. Akan tetapi, hal ini tidak dengan sendirinya dapat dipecahkan dengan semata memberi penekanan pads bidang ekonomi. Sebab kenaikan GNP pads kenyataannya bukan berarti peningkatan pendapatan atau kesejahteraan mayoritas penduduk. Hingga sejauh ini, ciri yang paling menonjol dalam kehidupan kita adalah terkonsentrasikannya kegiatan produksi di kota-kota dengan akibat : terserap tenaga-tenaga terdidik ke kota, mengalirnya tenaga-tenaga potensial (muds) dari desa ke kota, menumpuknya modal, usaha produktif dan kegiatan intelektual di kota. Di samping itu, bersama dengan itu, tumbuh pula kebudayaan atau gaya hidup kota yang pads umumnya berorientasi pads kebudayaan Barat. Lebih jauh lagi, gaya hidup kota yang lebih berpangkal pads prinsip kehidupan sekular itupun menjadi orientasi masyarakat pedesaan.
Dengan demikian, tumbuhlah gaya kehidupan atau kebudayaan yang sebenarnya tidak berpijak pads realitas nilai-nilai dan keyakinan yang dipeluk oleh penduduk Indonesia. Atau sebaliknya, nilai-nilai dan keyakinan yang tadinya dipeluk oleh penduduk Indonesia itu, bersama tumbuhnya gaya kehidupan baru, mulai memudar dan diganti oleh nilai-nilai dan keyakinan baru. Dalam keadaan seperti itu, tumbuhnya kebudayaan k onsumenisme, keseragaman cara hidup (Barat) dan cara pemilihan dan pemakaian barang secara semrawut, merupakan hal yang wajar dan sulit untuk dielakkan. Sebab nilai-nilai yang melandasi cara-cara pemenuhan kebutuhan kerohanian clan kebendaan manusianya telah rancu dan tidak jelas.
Dalam jangka waktu yang cukup panjang, Indonesia tampaknya masih tetap akan bergelut dengan masalah kemiskinan. Meskipun demikian, kenyataan ini sebenarnya tidak perlu menimbulkan kerisauan, asalkan beban ini ditanggung secara adil. Masalahnya akan lain apabila di saw pihak terdapat segolongan kecil yang kaya-raya dan mampu memanfaatkan¬ hasil-hasil pembangunan, dan di pihak lain terdapat segolongan besar rakyat yang menderita kemiskinan, dan semakin tertekan oleh sistem kehidupan yang berorientasi pads segi materi. Oleh karena itu, di samping masalah kemiskinan, masalah lain yang tak kalah penting adalah memperjelaskan mempertegas keseluruhan konstelasi kepercayaan dan nilai yang dipeluk oleh penduduk Indonesia.
Konstelasi kepercayaan dan nilai yang dipeluk oleh seluruh warganegara Indonesia itu pads umumnya bersumber pada ajaran agama. secara ini berarti, bahwa pengaturan tata-cara kehidupan dan tats-cars pemenuhan kebutuhan kerohanian dan kebendaan penduduknya hendaklah¬ disesuaikan dengan tuntutan dan petunjuk ajaran agama yang dipeluk oleh masing-masing bagian penduduknya; baik itu agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Demikianlah, apabila beberapa hal di atas itu dapat disepakati sebagai satuan konsensus yang paling umum dalam kebudayaan Indonesia ataupun desain Indonesia, maka tugas selanjutnya adalah menafsirkan dan menerjemahkan satuan konsensus itu dalam kerangka sistem, teori, eksempar, metoda, bentuk, teknik, serta hal-hal lain yang diperlukan upaya menumbuhkan suatu desain yang sesuai dengan keseluruhan konstelasi kepercayaan dan nilai dari rakyat Indonesia.
jika menurut anda, bagaimana paradigma desain indonesia sekarang ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar